Assalamu Alaikum Warahmatullahi wabarakatuh,,,,
Allohu Akbar, Allohu Akbar,
Allahu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allahu Akbar Allohu Akbar,
Allohu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd,,,,,
Jamaah sholat idul fitri yang berbahagia
Marilah kita mulai pagi yang cerah ini dengan
mengungkapkan syukur kita kepada Allah SWT. Setiap hari anugerah dan
nikmatnya turun kepada kita, walaupun pada hari yang sama maksiat dan
kejahatan kita naik kepadanya. Setiap jam perlindungan dan
pemeliharaannya mengayomi kita, padahal pada jam yang sama kita
menentangnya dengan dosa dosa dan kejelekan kita. Dia telah membawa kita
kepada bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan, bulan yang
di dalamnya terdapat lailatul qodar, yang lebih baik dari seribu bulan.
Sepanjang ramadhan dia menuntun kita untuk melakukan puasa sholat malam
membaca al quran dan bersedekah di jalannya. Dia memberikan kesempatan
kepada kita untuk menghapus dosa dan beramal sholeh. Akhirnya hari ini
dengan kasih sayang nya jua dia mengantarkan kita kepada idul fitri,
hari kemenangan bagi kita. Dia gerakkan lidah kita untuk membesarkan
asmanya, tanpa izin Allah tidak akan mungkin lidah ini bergetar menyebut
Allahu Akbar. Dia karuniakan kepada kita hari ini rezeki untuk
membayarkan kewajiban zakat fitrah. Pagi ini dia membawa kita ke tanah
lapang ini untuk bersimpuh di hadapan kebesarannya, memuji keagunganNya
dan mensyukuri seluruh nikmatNya.
Hadirin hadirat jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia.
Pernahkah kita melihat seekor ulat bulu?.
Bagi kebanyakan orang ulat bulu memang menjijikkan bahkan menakutkan.
Tapi tahukah kita bahwa masa hidup seekor ulat bulu ini ternyata
hanyalah sebentar. Pada saatnya nanti dia harus melewati fase di mana
dia harus masuk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu dia
akan keluar dalam wujud yang lain. Ia menjelma menjadi seekor kupu kupu
yang sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian siapa yang tidak
menyukai kupu kupu dengan sayapnya yang beraneka hiasan begitu indah.
Semua proses itu memperlihatkan tanda tanda kemamaha besaran Allah
menandakan betapa mudahnya bagi Allah azzaa wajalla merubah segala
sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang indah dan membuat orang senang
memandangnya, semua itu berjalan melalui proses prubahan yang sudah
diatur dan aturannya sudah ditentukan oleh Allah melalui hukum kauniyah,
hukum alam juga sebagaimana telah disyariatkan dalam al quran dan al
hadis. Lalu jika proses metamorfosa pada ulat bulu ini kita terjemahkan
kedalam proses kehidupan manusia, maka saat di mana manusia bisa
menjelma menjadi insan yang jauh lebih baik, momen paling tepat untuk
terlahir kembali adalah ketika kita memasuki bulan ramadhan, bila kita
masuk ke dalam kepompong ramadhan lalu segala aktifitas kita sesuai
dengan ketentuan metamorfosa dari Allah, maka hari ini seharusnya tidak
lagi terdapat Poetra Adi Soerjo di tempat ini, melainkan kupu kupu yang
indah mempesona, membuat malaikatpun terkagum kagum memandang. Bulan
ramadhan bagaikan tungku perapian. Di mana kita masuk ke dalamnya, di
tempa di bakar di palu, hanya bagi besi yang taat pada sang pemukul,
yang akan keluar menjadi pedang yang begitu indah.
Jamaah sholat idul fitri yang berbahagia
Inilah hari, hari kemenangan bagi kita semua.
Hari di mana kita sedang terlahir dalam bentuk baru yang sangat indah
mempesona dan rupawan, hari bagi kita untuk membuat malaikatpun terkagum
kagum menyaksikan kelahiran kupu kupu indah, setelah tiga puluh hari
lamanya kemaren kita berada dalam tempaan kepompong ramadhan. Layaknya
besi tua yang dimasukkan ke dalam tungku perapian, sabar dan tabahnya
sang besi dalam menerima pukulan tempaan palu sang pandai besi, maka
jadilah ia pedang yang gagah berani dan dijadikan kebanggaan para
kesatria dan jenderal. Lalu apakah yang terjadi pada sang besi jika ia
mengelak dimasukkan ke dalam api, menghindar dari pukulan palu sang
pandai besi, maka keluarnya ia dari tungku perapian justeru akan menjadi
rel kereta api dan akan kembali di injak injak oleh manusia lainnya.
Hadirin yang berbahagia
Kemenangan, kemenangan di atas kemenangan ini
janganlah membuat kita lupa dengan proses sebenarnya kehidupan ini.
Amalan yang paling baik di hari idul fitri, hari kemenangan, di saat
seharus nya kita berbangga ini adalah kita justeru dianjurkan untuk
lebih sedikit mengedepankan istigfar dibandingkan syukur atas
kemenangan. Kita justeru diminta untuk melakukan turning balik
kehidupan, Kita justeru perintahkan untuk kembali mengingat akan
kematian, agar khouf dan roja’, takut dan harap selalu menemani kita
dalam sebelas bulan ke depan hingga kita kembali memasuki ramadhan tahun
depan.
Anjuran istigfar dan mengingat kematian ini
dianjurkan agar supaya ingatnya kita akan kematian dapat menjadi batu
asah yang akan selalu mengasah pedang pedang indah yang sudah kita
hasilkan pada bulan ramadhan kemaren, agar tetap menjadi tajam dan tajam
hingga ramadhan tahun depan.
Jamaah yang berbahagia
Sebagaimana sunnah nabi muhammad yang begitu
sering membaca surat al ghosiyah di saat hari raya idul fitri. Surat
alghosiyah merupakan surat yang bercerita tentang kembalinya kita kepada
sang kholiq. Maka ittibaan atas sunnah baginda rosulullah SAW, saya
akan menyampaikan pesan khutbah idul fitri bertemakan bersiap siaplah
Mudik Besar, Mudik Abadi (Dengan Idul Fitri Kita Jadikan Spirit
Perenungan Untuk Membangun Tau Dan Tana Samawa Dalam Bingkai NKRI).
Hadirin jamaah idul fitri yang berbahagia
Marilah, mari kita melihat ke kiri dan ke
kanan kita hari ini, marilah kita pandang tiap tiap wajah, tiap tiap
mata yang ada di samping kiri kanan kita hari ini, kita periksa orang
orang yang kita cintai, ayah bunda, saudara, sahabat, kekasih tetangga
dan handai taulan. Adakah di antara mereka yang hari ini tidak dapat
bergabung bersama kita di tempat ini. Adakah di antara mereka yang tahun
lalu duduk disamping kita sholat idul fitri, Adakah di antara mereka
yang sudah meninggalkan kita kembali kepada sang maha suci. Kemanakah
ayah bunda yang tahun lalu menyambut uluran tangan kita dengan tetesan
air mata kasih sayang. Ke manakah kakak atau adik kita yang pada lebaran
tahun lalu gelak tertawa berbagi bahagia bersama kita. Ke manakah
tetangga atau sahabat dekat yang dulu pernah memeluk kita dan
mengucapkan selamat hari raya idul fitri ya Fulan, Ya Allah mereka telah
kembali ke padamu. Mereka telah mudik ke kampung yang abadi. Terimalah
mereka di sisimu rodhiatun mardhiyah. Engkau senang menyambut
mereka dan mereka senang berjumpa dengan Mu. Seperti doa nabi Muhammad
SAW untuk Tolhah pemuda yang mencintainya. Sambutlah mereka robbana
engkau tersenyum, kepada mereka dan mereka tersenyum kepadamu,
curahkanlah kasihmu pada ayah bunda kami saudara kami, sahabat kami,
anak kami, gabungkanlah mereka dengan orang orang yang engkau
anugerahkan kenikmatan. Bersama mereka para nabi siddiqin auliya suhada
dan sholihin. Ya Allah pagi ini mereka tidak dapat berlebaran bersama
kami, tidak bisa lagi kami mengulurkan tangan kami untuk sekedar meminta
maaf kembali, tidak bisa lagi kami mengajak mereka untuk berbahagia
bersama kami di hari kemenangan kami. Tidak bisa lagi kami mengundang
mereka untuk berkumpul di rumah kami, ternyata kematian itu adalah
sebuah kepastian yang pasti terjadi, Allahumma adkhil ala‘ ahl al-qubur al surur,,, tetapi
kami mohon ya Allah, masukkanlah rasa bahagia kami kepada semua ahli
kubur hari ini, harumkanlah kuburan mereka dengan wewangian doa doa
kami, sampaikanlah salam kami yang tulus di hari kemenangan kami, assalamu alaikum ya ahlid diyar minal muslimin antum lana salaf wa inna insya Allahu bikum lahikun,,, salam,
salam bagi kalian wahai ahli kubur, kalian sudah mendahului kami dan
insya Allah cepat atau lambat pasti kami akan menyusul kalian.
Jama’ah sholat idul fitri yang berbahagia..
Menurut riwayat para sahabat, dalam sholat id
dan sholat jum’at, Rasulullah SAW senang membaca surat Al-a’la dan Al
Gosiyah. Pada surat Al a’la dipuji oleh allah bagi mereka orang-orang
yang berzakat kemudian berzikir kepada Allah dan melakukan sholat. Qod aflaha man tazakka wazakarosma robbihi fasolla…
selanjutnya, surat Al Gosiyah bagi sebagian ahli tafsir menyebutkan
bahwa surat tersebut berkaitan dengan sholat id yang sering diucapkan
oleh rasulullah disaat sholat idul fitri. Surat Al Gosiyah menceritakan
keadaan manusia ketika kembali kepada tuhan. Inna ilaina iyaabahum tsumma inna alaina hisaabahum..
kepada Kamilah mereka kembali. Kewajiban kamilah untuk memeriksa
mereka. Surat Al-Gosiyah dibaca pada idul fitri untuk mengingatkan
mereka akan hari ketika mereka mudik kepada Tuhan. Berkumpulnya manusia
di tanah lapang, berkumpulnya kita hari ini seharusnya menyadarkan kita
akan suatu saat disaat kita akan berkumpul menungu putusan Allah di
Padang Mahsyar, ketika matahari hanya berjarak sejengkal di atas kepala.
Jama’ah idul fitri yang berbahagia..
Selain pada surat Al-Gosiyah, berulang-ulang
kali dalam al Qur’an Allah mengingatkan kita bahwa kepada Allah lah
tempat mudik kita, kepada Allah lah tempat mudik kalian, dan kepada
Allah lah tempat mudik mereka semua. Kalimat seperti ini disebutkan 16
kali di dalam al-Qur’an, mengingatkan (3X) kita akan kematian agar
selalu khof roja’ roja’ khof, takut harap-harap dan takut
menjadi zimat bagi kita. Fenomena hari ini, seminggu ini,
saudara-saudara kita mudik ke kampung halaman mereka yang sementara,
menemui orang-orang yang mereka sayangi dengan membawa beban berat oleh
oleh untuk dibagikan kepada mereka. Mereka berangkat dengan suka rela
menempuh perjalanan yang jauh dengan suka cita, padahal hal yang tidak
pernah kita persiapkan bahwa suatu saat nanti, kita harus mudik ke
kampung halaman yang abadi, menemui Allah yang kita cintai tetapi dengan
membawa beban dosa di atas punggung kita untuk diperiksa di dalam
timbangan keadilan Tuhan. Setiap saat ketika maut menjemput kita, kita
harus pergi dengan terpaksa, mau tidak mau kita harus ikut mudik. Kita
akan menempuh perjalanan panjang dan mengerikan. Imam Ali Zainal Abidin
cucu Rasulullah SAW berkata : ada 3 saat yang paling menakutkan yang
harus dialami oleh anak cucu Adam, yang pertama adalah saat mereka
menyaksikan malaikat maut, yang ke 2 adalah saat mereka bangun dari
dalam kuburnya, dan yang ke 3 adalah saat ketika ia berdiri di hadapan
Allah SWT, tidak jelas apakah ia akan masuk surga atau neraka. 3 stasiun
mudik yang wajib dilalui oleh anak cucu adam ketika mudik abadi.
Stasiun yang pertama adalah kematian, saat malaikat maut akan menjemput
kita. Pada waktu itu kita akan dihadapkan pada kekayaan kita, kita akan
berkata: Demi Allah, dahulu aku mengumpulkan kamu dengan rakus dan
pelit. Sekarang apa yang akan kau berikan padaku hai hartaku. Harta kita
akan menjawab: Huz minni kafaanaka,, ambillah dariku kain
kafanmu, cukuplah kain kafan yang aku sumbangkan untuk kematianmu.
Kemudian kita akan dipertemukan dengan keluarga kita, kita akan
memandang mereka dan berkata: Demi Allah, dahulu aku sangat mencintai
kalian dan bersusah payah membahagiakan kalian. Sekarang apa yang akan
kau berikan kepadaku. Mereka akan menjawab: kami akan mengantarkan
jenazahmu dan tentunya kami akan menguburmu. Setelah itu kita akan
menengok amal-amal kita dan berkata: Demi Allah, dahulu aku membencimu,
aku melihatmu sebagai beban yang berat. Apa yang akan kau berikan
kepadaku hai amalku. Amal-amal kita akan berkata: aku akan menjadi
sahabatmu dalam kuburmu pada hari kau dihimpunkan hingga pada saat kau
berhadapan dengan Tuhanmu. Ketika kita dibaringkan di kubur, kita akan
bergumam pada liang lahat: hai rumah, yang dipenuhi cacing, sunyi, dan
gelap. Liang lahat akan menjawab: inilah memang yang sudah aku
persiapkan untukmu. Lalu liang lahat bertanya: apa yang sudah kau
persiapkan untukku? Mari kita cari jawaban atas pertanyaan liang lahat
itu. Apa yang sudah kita persiapkan untuk bekal kita di dalam kubur?
Pertanyaan itu sungguh akan kita dengarkan nanti, menghantam dada
mengiris hati.
Jama’ah yang berbahagia..
Pertanyaan liang lahat tersebut sesungguhnya
sedang kita jawab hari ini, pertanyaan tersebut kita jawab dengan adab
dan perilaku hidup kita sehari hari di atas dunia, bekal yang akan
menentukan nasib kita di kehidupan yang abadi adalah tergantung pada
pilihan hidup kita hari ini. Momen idul fitri ini adalah momen yang
tepat untuk merenungi dan merefleksikan kembali sejauhmana kita mengenal
diri dan ke-diri-an kita sebagai tau dan tana Samawa. Mengenal diri dan
ke-diri-an kita sebagai tau samawa yang hidup di atas tana samawa,
setidaknya menjadi awalan baru bagi kita untuk lebih merasa menjadi tau
samawa yang memiliki konsekwensi logis untuk menjaga tana samawa sebagai
ruang material yang telah membentuk entitas dan eksistensi ke-tau
samawa-an kita. dialektika perjalanan sejarah telah membangun garis
demarkasi antara gerak kita sebagai tau samawa dengan ritme gerak tana
samawa sebagai ruh tempat kita menemukan eksistensi ke-tau-samawa-an
kita. Disinlah pentingnya kembali menemukan apa sebenarnya titik yang
menyambungkan antara ke-tau-samawa-an kita dengan tana samawa, agar rasa
cinta akan desa darat menjadi dasar bagi bagaimana sepantasnya kita
membangun samawa.
Bukan dalam terminology pantheisme, tetapi kita meyakini bahwa alam ini adalah mahluk dan memiliki
ruh. Mereka pun bernafas dalam gerak dan tarian masing masing untuk
memuja Sang Penciptanya. Di sana terdapat nafas alam, Iyak Tana Samawa,
yang jika Tau Samawanya bernafas dengan nyanyian dan tarian yang berbeda maka ia akan murka, di sinilah pentingnya tu tumpan panarik iyak samawa, tu satepat panarik iyak diri, tu salepas barema ke palepas iyak samawa pang katokal ke irama sopo’. Hal
tersebut akan menunjukkan bahwa tau Samawa hanya akan pantas menjadi
tau Samawa jika gerak dan perilakunya seirama dengan bangunan sejarah
tana Samawa yang lahir dari cerminan moralitas Akhlaq ke-Islaman yang
kuat. Ingat ingatlah bahwa Samawa itu bukan sekedar nama daerah kita,
nama Samawa adalah kado terindah pemberian Tuhan yang sudah ada bahkan
sebelum Islam masuk ke tanah bulaeng ini, kado terindah yang
mencerminkan sikap orang orang yang hidup dan berkehidupan di atas
tanahnya, dalam bahasa Arab Samawa merupakan bentuk jama’ dari mufrod sama un, yang berarti hamparan lapisan langit. Samawa merupakan maqom sekaligus ahwal
bagi penghuninya, orang yang samawa adalah orang yang tidak lagi
gandrung akan unsur unsur jasadi pembentuk dirinya, pribadi yang Samawa
adalah mereka yang berkedudukan di tempat yang tinggi dan berjiwa agung,
gandrung dengan kehendak ruhiyah yang melangit dibandingkan kehendak
jasadi yang membumi dan merendah, maka tidak ada orang Sumbawa yang
merendahkan dirinya, gengsi dan harga diri adalah harga mati bagi Tau
Samawa. Pertanyaan liang lahat justeru terjawab dalam nilai yang
terkandung dalam identitas diri kita sebagai tau dan tana Samawa yang
pasti seharusnya memiliki dasar Islam yang kuat, berjiwa maskulin,
berjiwa gentlemen agreement, berkarakter dan berakhlaq mulia, berada di
maqom yang tinggi di atas Samawa, langit ke tujuh. Itulah nilai dasar
tau dan tana Samawa yang harus menjelma terlembagakan dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Tau dan tana Samawa harus lah berjalan seirama dan senafas,
layaknya diri dan bayangan, diri’ dan leno. “Ada Diri’ Diri’, ada Diri’
Leno, ada leno diri’, ada leno leno, ada diri’ ada leno, ada leno ada
diri’, ada leno nonda diri’ itu syaithon, ada diri’ nonda leno itulah
nilai spritualitas iyak tau dan tana Samawa. Sungguh jika nilai Samawa
ini tercermin dalam kehidupan kita bermasyarakat, berpemerintahan, maka
insya Allah semua orang akan melihat hadirnya Allah sebagai satu satunya
alasan dan saksi tempat ia harus mempertanggungjawabkan segala beban
amanah, bukan kepada atasan atau pimpinan, juga bukan sekedar
melaksanakan Tupoksi, tetapi sebagai pengabdian kepada Tuhannya.
Lemahnya pribadi yang samawa pada generasi hari ini terlukis jelas dalam
lawas samawa yang merupakan kritikan bagi kita semua “Tutusi Puin
Purang Sopo, Lolo Tingi Kona Langit, Den Beseli Kalupa Bewe”,
benar bahwa kita berasal dari satu rumpun karakter, karakter kesatria
yang menjulang ke langit, namun generasinya kini telah terpotong dari
dahannya. Generasi yang “To’ No Ya Boat, Ya Boat No Kewa Pangeto, Nonda
Pangeto No Baguru”.
Jama’ah sholat idul fitri yang berbahagia..
Maka pada kesempatan sholat idul fitri ini,
sekiranya dua kado THR lebaran dari saya untuk menjadi spirit dan
perenungan bagi kita tau dan tana samawa, yaitu kita kembali melakukan
istigfar-istigfar dan kembali mengingat ingat kematian agar Allah tidak
pernah absen dari geraknya hati dan fikiran kita dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab kita sebagai kholifah di muka bumi ini.
Ja’alanallahu minal aidin wal
faidzina wa adkholana wa iyyakum fi zumrofii ibadihil muttaqiin.
Audzubillahiminassyaitoonirrijiim. Bismillahirrohmaanirrohiim.
Fathirissamawati wal ard, Anta Waliyyi fiddunya wal akhirah, tawaffani
musliman, wa alhikni bisholihin,,,,. Waqul robbigfir warham wa anta
khoirrurroohimiin
(Khutbah kedua)
Allohu Akbar, Allohu Akbar,
Allahu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allahu Akbar, Allohu Akbar,
Allohu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd,,,,,
Jama’ah sholat id yang berbahagia..
Pada kesempatan khotbah ke-dua ini, marilah
kita renungkan firman Allah pada surat Al Gosiyah, Surat yang sering
diucapkan oleh Rasulullah SAW pada sholat idul fitri. Dengan nama Allah,
Maha Kasih, Maha sayang. Apakah telah datang kepadamu peristiwa dahsyat
yang mengguncang semua. Wajah-wajah saat itu ketakutan terseok-seok
kepayahan, terlempar ke dalam api yang menyala-nyala, diberi minum dari
mata air yang bergolak. Tidak ada makanan baginya kecuali duri di
neraka. Tidak menggemukkan dan tidak melepaskan rasa lapar. Wajah-wajah
hari itu berseri-seri puas dengan hasil kerjanya. Ditempatkan di surga
yang tinggi, tidak mereka dengar bicara hampa. Disana ada mata air yang
mengalir, disana ada pelaminan yang ditinggikan. Gelas-gelas yang
diletakkan, bantal-bantal yang digelarkan, permadani-permadani yang
dihamparkan, itulah isi surat Al-Gosiyah.
Jama’ah sholat id yang berbahagia..
Mari kita akhiri sholat idul fitri ini dengan
berdoa memohonkan ampunan kepada Allah. Hari ini adalah hari yang fitri
suci, hari kemenangan bagi umat Islam, hari di mana kita dimanja oleh
Allah, hari di mana Allah membuka AmpunanNya dan mustajab bagi tiap tiap
doa, untuk itu mari kita rendahkan diri kita, kita tundukkan kepala
kita, kita pejamkan mata kita, kita rasakan sambutan Amin dari para
malaikat yang berbaris di atas kepala kita hari ini hingga ke ars Allah
melalui hembusan angin angin yang menerpa dan meniup sulbi kita, kita
tanamkan niat doa ampunan yang sesungguhnya dalam hati kita masing
masing. Allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina
muhammad. Allahummagfir lil muslimina wal muslimat, wal mukminina wal
mukminat ya ghoffur ya ghofur ya rohim. Dengan cahayaMu kami mendapat
petunjuk, dengan karuniaMu kami mendapat kecukupan, dengan nikmatMu kami
masuki pagi dan petang, dan inilah kami membawa dosa-dosa kami ke
hadapanMu ya Allah, kami mohonkan ampunanMu ya Allah. Kami bertaubat
kepadaMu hari ini detik ini Ya Allah, Engkau limpahi kami dengan
kenikmatan. Tapi kami melawanMu dengan kemaksiatan. kebaikanMu turun
kepada kami sedang kejelekan kami justru naik kepadaMu ya Allah. Tidak
henti-hentinya malaikat yang mulia mengantarkan kepadaMu keburukan
amal-amal kami. Tapi ya Allah, itu tidak mencegahMu untuk tetap meliputi
kami dengan nikmatMu dan memuliakan kami dengan anugerahMu. Subhanaka,
subhanaka, Betapa penyantun Engkau ya Allah, betapa Pemurah Engkau ya
Allah. Ya Allah setiap kali kami sudah siap sedia untuk menghadapMu dan
menyeruMu, Engkau datangkan kepada kami rasa kantuk dan malas. Setiap
kali kami berbuat baik, kami ditimpa keengganan dan kesulitan. Setiap
kali kami sudah dekat dengan kedudukan orang-orang sholeh datanglah
bencana tergelincirlah kaki-kaki kami dan terpentallah kami dari
pengkhidmatan kepadaMu ya Allah. Robbana, mungkin engkau sudah mengusir
kami dari pintuMu, sehingga kau jauhkan kami dari berkhidmat kepada Mu,
atau mungkin engkau melihat kami melalaikan hak hak Mu lalu Kau jauhkan
kami, atau mungkin Engkau melihat kami berpaling dariMu lalu Kau
tinggalkan kami, atau mungkin Kau dapatkan kami di tengah para pendosa
lalu Engkau campakkan kami ya Allah. Atau mungkin Engkau
tidak menemukan kami berada di majelis para ulama’ yang sholeh lalu
Engkau tolak kan kami ya Allah, atau mungkin Engkau tak senang lagi
mendengarkan doa doa kami lalu Engkau lemparkan kami. Ya Allah jika
engkau putuskan taliMu kepada tali siapa lagi kami harus bergantung.
Demi kebesaranMu yang sekiranya Engkau campakkan kami, kami akan tetap
berdoa di depan pintuMu tiada hentinya, Ya Allah, kami tidak akan
menghentikan rintihan kepadaMu, kemana lagi seorang hamba harus pergi
kalau bukan kepada junjungannya, kemana lagi seorang mahluk harus
mengadu kalau bukan kepada kholiqnya, Robbana, keluarkan kecintaan kepada dunia
dalam hati kami, kumpulkan kami bersama para nabi syuhada’ auliya’,
siddiqin dan sholihin, bantulah kami menangisi keadaan diri kami ya
Allah, kami sudah menyia nyiakan diri kami dengan penangguhan dan angan
angan di kepala, kami sudah jatuh pada kedudukan orang orang yang putus
harapan, siapakah gerangan orang orang yang keadaannya lebih jelek dari
keadaan ini ya Allah, jika dalam keadaan seperti ini Engkau pindahkan
kami kedalam kuburan kami, engkau cabut nyawa kami, kami belum
menghamparkan amal sholeh untuk pembaringan kami, bagaimana kami tidak
menangis sedangkan kami belum tahu akhir perjalanan ini, kami melihat
nafsu menipu kami dan hari hari melengahkan kami, padahal maut telah
mengepak ngepakkan sayapnya di atas kepala kami, bagaimana kami tidak
menangis di saat mengenang saat menghembuskan nafas terahir, kami
menangis karena kegelapan kuburan kami, kami menangis karena kesempitan
lahat kami, kami menangis karena pertanyaan Nungkar dan nakir kami tidak
mampu menjawab ya Allah, kami menangis karena kami akan keluar dari
kubur kami dalam keadaan telanjang dan hina, sambil memikul beban dosa
di atas punggung kami, lalu kami melihat ke kiri dan ke kanan keadaan
kami berbeda dengan keadaan orang lain, wajah wajah mereka terang ceria
gembira sedang muka muka kami saat itu kelabu tertutup debu dan
kehinaan, Ya Allah, di hari kemenangan ini, di hari
yang mustajab ini, di hari di mana engkau buka telingaMu atas rintihan
kami, lindungilah kami dari kemurkaanMU ya Allah, lepaskanlah kami dari
azabMu, curahi kami dengan zikir kepada MU, ampunilah dosa dosa kami
dan dosa kedua orang tua kami, sayangilah mereka sebagaimana mereka
menyayangi kami ketika kami masih kecil, balaslah kebaikan mereka dengan
kebaikanMu ya Allah, balaslah seluruh kesalahan mereka dengan ampunanMu
ya Allah, Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan
mukminat baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, gabungkanlah
kami dengan mereka dalam kebaikan, Ya Allah berikanlah pada para
pemimpin kami rasa keadilan, dan kasih sayang, penuhilah seluruh
masyarakat tau dan tana samawa ini dengan kesadaran dan keutamaan
akhlaq, tanamkan pada diri orang kaya sikap rendah hati dan
kedermawanan, masukkanlah ke dalam hati orang orang miskin di antara
kami kesabaran dan kecukupan ya Allah, berikanlah kepada orang orang
sakit di antara kami kesembuhan dan ketentraman, anugerahkanlah kepada
orang orang yang terkena mushibah jalan keluar dan kesabaran, dari kasih
sayangMu yang meliputi langit dan bumi, liputilah seluruh penghuni
negeri ini dengan kasihmu, sehingga kami dapat hidup bersama dalam cinta
dan kasih sayang, buka kanlah ya Allah, iftahlana, iftahlana, buka kan
pintu keberkahan untuk kami dari langit dan bumi.
Rabbana atina fiddunya hasanah, wafil
akhirati hasanah, waqina aza bannar, washolallu ala sayyidina
Muhammadinil Ummiyi, wa’ ala ali sayyidina Muhammadinil Ummiyi,,,,
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
(Dengan Idul Fitri Kita Jadikan Perenungan Dan
Spirit Untuk Membangun Tau Dan Tana Samawa Yang Berakhlaqul Karimah
Dalam Bingkai NKRI)
0 komentar:
Posting Komentar