20 Prakarsa Inovatif Dan Partisipatif di Indonesia
Penulis: Hetifah Sj Sumarto
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia 2004
Governance yang baik hanya dapat tercipta apabila dua
kekuatan saling mendukung: warga yang bertanggung jawab, aktif dan
memiliki kesadaran, bersama dengan pemerintah yang terbuka, tanggap, mau
mendengar, dan mau melibatkan (inklusif). Inilah basis dari tatanan masyarakat yang diidamkan (Hetifah Sj Sumarto)
Governance” di Indonesia bukanlah suatu yang istimewa. Namun
setidaknya hal positif dari penerbitan buku ini adalah konstribusinya
dalam memberikan potret yang lebih realistis dari proses perubahan
(reformasi). Ada beberapa kemajuan yang dikemukakan dan tidak kurang
permasalahan yang dihadapi untuk melakukan perubahan menuju apa yang
kita sebut sebagai demokrasi (hal. 15)di segala liniya, masih didasarkan
atas pengalaman-pengalaman dari luar. Begitu sedikit wacana yang lahir
dari refleksi sadar atas realitas pengalaman dalam negeri. Hetifah Sj
Sumarto melalui bukunya ini mencoba untuk menghadirkan secercah serakan
pengalaman yang pernah dan sedang menampakkan dirinya di Indonesia. Bagi
mereka yang sudah terbiasa membaca atau mempelajari pengalaman di
berbagai negara lain, barangkali pengalaman ” sebagai tema pokok dari
buku ini merupakan tema yang sedang populer di Indonesia –dibahas oleh
akademisi, diperbincangkan oleh civil society, diperdebatkan oleh
pemerintah dan menjadi obrolan warung kopi bagi para aktivis sosial.
Basic teoritis dan objek material lapangan dari seluruh perbincangan
tentang wacana” di masa depan.(hal. 15) melainkan lebih sebagai bentuk penyediaan data
dan bahan-bahan diskusi yang dapat mengarah kepada peluang membuat ””
atas implementasi di Indonesia. Namun buku ini bukanlah sebuah catatan
”(CSOs), pemerintah dan lembaga donor yang tertarik mengembangkan
inovasi-inovasi baru untuk mendorong partisipasi dan serta isu-isu
penting apa yang muncul sebagai catatan di Indonesia, telah berjalan.
Apa faktor-faktor pendorong inovasi, partisipasi dan dan di Indonesia.
Hetifah Sj Sumarto mengangkat 20 Prakarsa Inovatif Dan Partisipatif di
Indonesia, yang dianalisis untuk mengidentifikasi sampai sajauh mana
prakarsa mendorong partisipasi dan ”, buku ini bertujuan untuk
memberikan semangat dan memperbanyak lagi upaya inivotif dalam rangka
peningkatan partisipasi dan . Pada salah satu bagiannya dicoba
dikemukakan bagaimana partisipasi dan prakteknya bisa dilakukan dengan
melihat lebih teliti pada berbagai metode dan teknik yang bersifat
delibratif dan inklusif. Dengan menggunakan data dan bahan-bahan yang
dianggap cukup inovatif dan layak disebut sebagai ”) dan komunitas
internasional serta sejauh mana perubahan telah terjadi di pemerintah
sendiri untuk mewujudkan partisipasi dan . Buku ini juga mengemukakan
peran dan konstribusi CSOs (Buku ini mencoba mengekpos berbagai
inisiatif yang telah dan tengah berjalan di Indonesia saat ini untuk
mendorong partisipasi dan
laporan-laporan, maupun proposal kegiatan. Sumber gagasan lain yang
paling berpengaruh adalah pengalaman mengunjungi negara-negara yang
telah menjalani proses demokratisasi dan desentralisasi untuk melakukan
studi banding, mengikuti seminar/loka karya, atau pelatihan.(hal. 24)
hingga terbagun prakarsa tindak lanjut yang lebih solid. Mereka yang
memiliki gagasan untuk mendorong partisipasi dan good governance di
Indonesia umumnya memperoleh inspirasi dari bahan-bahan tertulis seperti
literatur terbaru, tulisan Hetifah Sj Sumarto melihat proses perolehan
dan difusi gagasan tentang governance terjadi dalam kaukus-kaukus
informal sebagai wadah “perbenturan” gagasan partisipasi dan perbaikan
dan segala turunannya seperti, partisipasi, inovasi, akuntabilitas,
demokrasi dan lainnya dalam bentuk implementasi. ”dari gagasan ke
tindakan” Hetifah Sj Sumarto memaparkan proses impor wacana governance
ke Indonesia yang secara reaktif langsung menjadi simbolisasi nama
kelompok dan semangat bagi berbagai aktifitas kehidupan sosial di
Indonesia. Sedangkan di satu sisi para pelaku berbagai kegiatan sosial,
politik dan ekonomi belum mampu memaknai istilah Pada bagian pertama
dari bukunya yang diberiyang selanjutnya dapat menempatkan pemerintah pada posisi yang pada
kursi yang setara. Pemerintah nasional dan lokal dengan membangun
kemitraan dengan komunitas ini tentunya akan mampu menemukan
gagasan-gagasan ) seperti Forum Warga yang dapat dijadikan sebagai wadah
untuk mendorong partisipasi warga dan mendudukkan gagasan antara
pilar-pilar dari ”siapa melakukan apa”. Dalam bagian ini disebutkan
pentingnya peranan CSOs termasuk LSM/Ornop, dalam mendorong proses
pembangunan yang bersifat partisipatoris. Berbagai tulisan menyebutkan
bahwa LSM memiliki keterampilan membangun metode dan pendekatan baru
untuk penelitian dan perencanaan pembangunan yang kemudian diadopsi
pemerintah dan pelaku pembangunan lainnya. LSM juga memiliki tradisi
jejaring ( ini selanjutnya dikupas oleh Hetifah Sj Sumarto di bagian
ke-dua dan ke-tiga dari bukunya yang diberi yang baik. Peran berbagai
dari governance memberikan konstribusi yang cukup besar bagi berjalannya
proses sebagai dan ini, juga dipercepat oleh adanya peran katalis yang
terus mensosialisasi dan menularkan gagasan inovatif hingga pada
lahirnya proyek uji coba. Sinergitas dialektika antara kelompok katalis
dan pilar dari governance seperti pemerintah, Proses difusi gagasan
inovatif untuk mendorong partisipasi dan di Indonesia. (ICMA). Tidak kurang dari 11 lembaga internasioanal
penting yang memiliki program besar berkaitan dengan isu-isu partisipasi
dan (UN), NGO internasional, maupun institusi seperti di Indonesia.
Komunitas internasional yang dimaksud antara lain lembaga keuangan dan
donor, lembaga internasional di bawah Komunitas international,
bagaimanapun, memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong
inovasi, partisipasi dan Selain World Bank dan ADB, dapat disebutkan UNDP, USAID –termasuk di dalamnya CSSP dan NRM – GTZ, CIDA, JICA, DFID, British Council, Ford Foundation, dan TIFA Foundation. Sedangkan NGO internasional yang memiliki program partisipasi dan dan good governance yang cukup penting di Indonesia saat ini adalah NDI, PACT, CARE, dan The Asia Foundation. (hal. 54)
dalam proses kebijakan pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki kualitas
kebijakan yang dihasilkan agar menjadi kebijakan yang betul-betul bijak
dan berkeadilan.(hal. 85) dalam perumusan kebijakan publik. Bagi
pemerintah, partisipasi masih dilihat sebagai proses, bukan isi.
Walaupun diakui proses yang terjadi sudah partisipatif, dalam arti
melibatkan lebih banyak pihak, namun tidak berati kebijakan yang
dihasilkan juga sudah bersifat demokratis dan partisipatif (dalam arti
memperhatikan kepentingan kelompok paling miskin dan marginal, yang
selama ini kepentingannya sulit diakomodir dalam pembuatan kebijakan
apapun). Padahal, keterlibatan yang lebih besar dari Dalam bagian ini
diungkapkan berbagai kasus tentang berbagai indikator tersebut dalam
pelaksanaan peroses pemerintahan lokal dan nasional yang difokuskan pada
melihat upaya pelibatan partisipasi publik dalam melahirkan proses
kebijakan seperti pada departemen Kimpraswil, komite pendidikan,
penyusunan RDTR pada sebuah kota di Bandung, perumusan kebijakan
penegembangan koperasi dan pengusaha kecil menengah. Dari berbagai kasus
dan pengalaman diungkapkan, nampaknya ada keraguan bahwa telah terjadi
suatu proses perubahan yang sejati di kalangan pemerintah untuk
mendorong partisipasi yang bermakna dari ) fungsi dan peran pemerintah.
Sejauh mana pemerintah telah berhasil untuk mentransformasi diri menjadi
institusi publik yang baru: yang ramping, terdesentralisasi, responsif,
inovatif, bersih dan menguatkan warga merupakan indikator penting bagi
kelancaran proses mendorong partisipasi, inovasi dan Bagian ke-empat
Hetifah Sj Sumarto menekankan (
inklusifdelibratifinklusifdelibratif Delibratifinklusifdelibratif
faktor lingkungan yang kritis, demokrasi dan kesempatan politik yang
lebih kondusif terhadap perubahan. Berikutnya adalah keberadaan arsitek
inovasi dan pemimpin bervisi serta adanya dukungan dari pemerintah
pusat. Sedangkan empat faktor lainnya adalah faktor partisipasi warga,
dukungan dari komunitas internasional maupun dukungan dan pertukaran
antar rekan sejawat, struktur manajemen dan struktur insentif. Bagian
terakhir dari bukunya Hetifah Sj Sumarto tentang munculnya inovasi itu
sendiri: apa faktor pendorong munculnya inovasi dalam mewujudkan good
governance, dan yang terahir pertanyaan tentang bentuk penguatan yang
diperlukan untuk mendorong lebih jauh proses inovasi dan governance.
Berdasarkan pengalaman kasus-kasus yang tersaji, dapat dikemukakan
setidaknya ada tujuh faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu inovasi
dalam terwujudnya good governance di Indonesia. di Indonesia. adalah
pertanyaan yang terkait dengan ”capaian”: apa konstribusi yang telah
diberikan oleh berbagai prakarsa terhadap kemajuan praktek capaian dan
pengalaman Hetifah Sj Sumarto memaparkan berbagai prakarsa inovatif yang
telah dan sedang berjalan di berbagai daerah di Indonesia. Ada 20
prakarsa inovatif yang ditelaah untuk menjawab tiga pertanyaan. Bagian
ke-lima yang diberi
-nya. lebih besar dari pemerintah itu sendiri –dengan berbagai jejaring
internasional yang mereka miliki, pengalaman, dan juga intervensi
pemerintah harus memiliki porsi yang lebih dalam penerapan kebijakan
agar tidak didikte oleh berbagai kepentingan pasar, maupun LSM/Ornop
yang semuanya memiliki agenda di belakang tiap lembaran dolar yang
mereka keluarkan. Bagi saya, dalam agenda dapat terealisasi. Konstribusi
komunitas internasional tidak bisa hanya dipandang dengan hukum
positif, lembaga donor dunia memiliki berbagai antar berbagai pihak
sehingga cita-cita terciptanya akumulasi yang seimbang, agar tidak
terjadi memiliki kapasitas dengan berbagai isu turunannya akan
memberikan konstribusi positif jika hubungan kemitraan antara tiga pilar
partisipatif. yang dimiliki masyarakat indonesia dan seperti apa upaya
pemerintah mendorong terciptanya prasyarat tersebut, yang kedepannya
mampu menciptakan masyarakat yang ”Hetifah Sj Sumarto tidak banyak
mengeksplorasikan fakta rill (SAP) di dekade 70-an gagal. Disisi lain
tidak lebih sebagai agenda besar eksploitasi panjang sistim kapitalisme
global setelah kegagalan di berbagai negara di Afrika seperti Ghana,
Pantai Gading dan lainnya justru menjadikan berbagai negara tersebut di
dikte oleh berbagai agenda global dan pasar internasional. Abrahamsen
melihat kebijakan di Afrika. Dalam analisanya dikemukakan bahwa agenda
seperti yang pernah ditulis oleh Rita Abrahamsen dalam buku edisi bahasa
Indonesianya yang berjudul ”sudut gelap kemajuan” atas studi
pelaksanaan Cacatan kritis dari buku ini adalah Hetifah Sj Sumarto tidak
melihat secara detil berbagai faktor gelap dari kemajuan
0 komentar:
Posting Komentar